Minggu, 29 November 2009

KEPUTUSAN KELOMPOK

Kelompok dalam perspektif interaksional dikemukakan Marvin Shaw sebagai dua orang atau lebih yang berinteraksi satu sama lain dengan cara tertentu, di mana masing-masing mempengaruhi dan dipengaruhi oleh pihak lainnya. Suatu kelompok (kecil) adalah kelompok yangterdiri dari dua puluh orang atau kurang, walaupun dalam beberapa hal kita lebih berkepentingan dengan kelompok yang terdiri dari lima orang atau kurang.
Batasan yang diuraikan Shaw melibatkan tindak komunikasi sebagai karakteristik yang esensial dari kelompok. Masih menurut Shaw, kelompok yang baik adalah kelompok yang dapat bertahan untuk suatu periode waktu yang relative panjang, memiliki tujuan, dan memiliki struktur interaksi.
Pengantar singkat ini dimaksudkan untuk memberi gambaran kepada kita, bahwa kelompok merupakan bagian yang sangat penting dari aktivitas suatu masyarakat. Clovis Sheperd menjelaskan, bahwa kelompok merupakan suatu mekanisme mendasar dari sosialisasi dan sumber utama dar i tatanan sosial. Orang mendapatkan nilai dan sikap mereka, sebagian besar dari kelompok di mana mereka berada. Karenanya, kelompok (kecil) memberikan suatu fungsi perantara yang penting antara individu dengan masyarakat luas.
Kelompok sekumpulan orang yang :
1. (saling) berinteraksi satu dengan yang lainnya
2. secara psikologis saling bertanggung jawab padasesama anggota kelompok
3. mempersepsikan diri mereka sebagai suatu

Sifat Kelompok
1. Kelompok Formal :dibentuk oleh organisasi terstruktur terdapat penugasan kerja perilaku seseorang ditentukan mengikuti aturan organisasi
2. Kelompok Informal :struktur perserikatan tidak formal dan tidak ditentukan oleh organisasi terbentuk secara alamiah dalam lingkungan kerja muncul sebagai respon terhadap kebutuhan untuk melakukan hubungan social




Kondisi-Kondisi Pembentukan Kelompok
Orang cenderung untuk membentuk kelompok pada tingkat horizontal maupun vertical. Kelompok ini terpisah dan berlainan dengan organisasi formal. Alasan para karyawanmemasuki kelompok adalah disebabkan lokasi komuniksi yang meningkat atau interaksi terjadi bila para anggota bekerja bersama-sama secara dekat. Orang memasuki kelompok tertentu adalah mempunyai minat atau pekerjaanyang sama terjadinya kelompok juga disebabkan dalam memecahkan masalah yang khusus atau rumit.

Pengambilan Keputusan Oleh Kelompok
Dalam usaha-usaha besar yang menghadapi masalah-masalah rumit, keputusan-keputusan itu muncul sebagai akibat dari serangkaian pertemuan-pertemuan dimana para eksekutif mendekati masalah-masalah tersebut secara bersama-sama. Pertemuan kelompok ini dapat dinamakan konferensi, komite, dewan pengurus, satuan-satuan tugas, atau pertemuan staf saja.

Suatu komite dapat didefinisikan sebagai setiap kelompok yang saling mempengaruhi berkenaan dengan suatu usul umum yang didelegasikan dengan otoritas formal oleh seorang eksekutif yang ditunjuk . beberapa selisih pendapat antar manajer mengenai penggunaan komite-komite itu adalah akibat suatu kegagalan pembedaan antara usul-usul yang menjadi dasar pembentukan komite.

Pada saat kebutuhan besar untuk meningkatkan proses pengambilan keputusan kelompok dalam dalam semua tipe organisasi , prinsip tersebut tersebut memberikan suatu titik pandang yang pasti, yang mungkin sangat bermanfaat dalam merealisasikan pemikiran tentang kelompok pengambil keputusan.

Terdapat keuntungan-keuntungan dalam pengambilan keputusan oleh kelompok adalah sebagai berikut :
1. Suatu keputusan dapat didekati dari berbagai titik pandang oleh para spesialis dalam suatu kelompok.
2. Koordinasi aktivitas departemen-departemen yang terpisah dapat dicapai melalui interaksi timbale balik dalam pertemuan
3. Motivasi setiap anggota untuk melaksanakan suatu keputusan dapat ditingkatkan karena merasa berpartisipasi
4. Kelompok menyediakan suatu sarana dimana para eksekutif dapat dilatih teknik pengambilan keputusan
5. Kelompok mengizinkan adanya suatu refresntatif dari kelompok-kelompok penting yang berlainan
6. Diskusi kelompok merupakan salah satu metode berfikir kreatif.

Dasar kelompok untuk membuat keputusan semakin lama mungkin banyak diterima secara luas. Melalui pembuatan keputusan kelompok maka mereka yang akan terpengaruh oleh sebuah keputusan, diberikan peluang untuk ikut serta dalam perumusannya. Sudah diakui, keputusan-keputusan yang dibuat kelompok adalah sering kali lebih baik dari pada keputusan-keputusan dari rata-rata anggota kelompok.

Terdapat dua alas an mengapa pengambilan keputusan secara kelompok:
1. Jumlah seluruh pengetahuan kelompok itu adalah lebih besar
2. Kelompok itu mempunyai gagasan alternatif-alternatif yang lebih luas dalam proses keputusan

Dalam pengambilan keputusan tercakup kemahiran menyeleksi dan menentukan keputusan yang paling tepat dari sekian banyak alternative jawaban / pemecahan masalah. Selanjutnya karena dibebani oleh tanggung jawab etis, mana merupakan tugas yang cukup berat untuk memastikan satu keputusan ditengah situasi yang tidak menentu, yang belum dikenal sebelumnya atau yang saring muncul dengan mendadak.

Kelebihan Dan Kelemahan Pembuatan Keputusan Kelompok Robbins, Stees
KELEBIHAN :
1. Breadth of Information : kelompok dapat mengumpulkan lebih banyak pengetahuan dan fakta
2. Diversity of Information : kelompok mempunyai perspektif yang lebih luas dan memikirkan lebih banyak solusi alternative
3. Acceptance of Solution : individu yang berpartisipasi dalam pembuatan keputusan tersebut dan lebih cenderung untuk mendukung keputusan
4. Legitimacy of Process : proses pembuatan keputusan kelompok berperan sebagai fungsi komunikasi yang penting, juga sebagai fungsi politis yang berguna

KELEMAHAN :
1. Time consuming : kelompok bekerja lebih lamban daripada individu
2. Conformity : kepuasan kelompok melibatkan banyak kompromi yang dapat membuat keputusan menjadi kurang optimal
3. Domination of Discussion : sering kelompok didominasi oleh satu orang atau clique kecil, yang menghilangkan banyak sisi posisif dari proses kelompok
4. Ambiguous Responsibility : terlalu mengantungkan diri pada keputusan kelompok dapat menghambat kemampuan

H. A. Simon dalam bukunya administrative behaviour (1947), mengemukakan tiga proses dalam pengambilan keputusan, yaitu:
1. Inte Ligence activity, yaitu proses penelitian situasi dan kondisi dengan wawasan yang intelligent.
2. Design activity, yaitu proses menemukan masalah, mengambangkan pemahaman dan menganalisis kemungkinan pemecahan masalah serta tindakkan lebih lanjut, jadi ada perencanaan pola kegiatan.
3. Choice activity, yaitu memilih salah satu tindakan dari sekian banyak alternative /lemungkinan pemecahan
Cara lain untuk memahami tindak komunikasi dalam kelompok adalah dengan melihat bagaimana suatu kelompok menggunakan metode-metode tertentu untuk mengambil keputusan terhadap masalah yang dihadapi. Dalam dataran teoritis, kita mengenal empat metode pengambilan keputusan, yaitu kewenangan tanpa diskusi (authority rule without discussion), pendapat ahli (expert opinion), kewenangan setelah diskusi (authority rule after discussion), dan kesepakatan (consensus).
Kewenangan Tanpa Diskusi
Metode pengambilan keputusan ini seringkali digunakan oleh para pemimpin otokratik atau dalam kepemimpinan militer. Metode ini memiliki beberapa keuntungan, yaitu cepat, dalam arti ketika kelompok tidak mempunyai waktu yang cukup untuk memutuskan apa yang harus dilakukan. Selain itu, metode ini cukup sempurna dapat diterima kalau pengambilan keputusan yang dilaksanakan berkaitan dengan persoalan-persoalan rutin yang tidak mempersyaratkan diskusi untuk mendapatkan persetujuan para anggotanya.
Pendapat Ahli
Kadang-kadang seorang anggota kelompok oleh anggota lainnya diberi predikat sebagai ahli (expert), sehingga memungkinkannya memiliki kekuatan dan kekuasaan untuk membuat keputusan. Metode pengambilan keputusan ini akan bekerja dengan baik, apabila seorang anggota kelompok yang dianggap ahli tersebut memang benar-benar tidak diragukan lagi kemampuannya dalam hal tertentu oleh anggota kelompok lainnya.
Kewenangan Setelah Diskusi
Sifat otokratik dalam pengambilan keputusan ini lebih sedikit apabila dibandingkan dengan metode yang pertama. Karena metode authority rule after discussion ini pertimbangkan pendapat atau opini lebih dari satu anggota kelompok dalam proses pengambilan keputusan. Dengan demikian, keputusan yang diambil melalui metode ini akan mengingkatkan kualitas dan tanggung jawab para anggotanya disamping juga munculnya aspek kecepatan (quickness) dalam pengambilan keputusan sebagai hasil dari usaha menghindari proses diskusi yang terlalu meluas. Dengan perkataan lain, pendapat anggota kelompok sangat diperhatikan dalam proses pembuatan keputusan, namun perilaku otokratik dari pimpinan, kelompok masih berpengaruh.
proses pengambilan keputusan, berusaha mempengaruhi pimpinan kelompok bahwa pendapatnya yang perlu diperhatikan dan dipertimbangkan.
d. Kesepakatan
Kesepakatan atau konsensusakan terjadi kalau semua anggota dari suatu kelompok mendukung keputusan yang diambil. Metode pengambilan keputusan ini memiliki keuntungan, yakni partisipasi penuh dari seluruh anggota kelompok akan dapat meningkatkan kualitas keputusan yang diambil, sebaik seperti tanggung jawab para anggota dalam mendukung keputusan tersebut. Selain itu metode konsensus sangat penting khususnya yang berhubungan dengan persoalan-persoalan yang kritis dan kompleks.
Bagan pengambilan keputusan itu dapat digambarkan sebagai berikut:

KONFLIK

Dunia organisasi mengenal tiga pandangan tentang konflik, dan masing-masing memiliki argumentasinya sendiri-sendiri untuk membenarkan pendapatnya. Pertama, pandangan tradisional. Pandangan ini menekankan dan mempercayai bahwa semua konflik itu buruk. Konflik dipandang secara negatif dan sering disinonimkan dengan kekerasan, perusakan dan ketidakrasionalan demi memperkuat konotasi negatifnya. Pokoknya konflik selalu merugikan dan harus dihindari. Pandangan ini berjaya pada dasawarsa 1930-an. Konflik dianggap sebagai hasil dari komunikasi yang buruk, kurang keterbukaan, dan kepercayaan antara orang-orang dengan para manajer. Sebaliknya para manajer dianggap tidak tanggap terhadap kebutuhan para karyawan.
Kedua, pandangan “human relation,” yang menyatakan bahwa konflik merupakan peristiwa yang wajar dalam setiap kelompok dan organisasi. Konflik diterima sebagai sesuatu yang tidak terhindarkan, oleh karena itu konflik harus diterima. Konflik bisa menjadi pemacu kinerja (performance) kelompok.Ketiga, pandangan Interaksionis, yang berpendapat bahwa konflik bukan hanya sebagai hal yang tak terhindarkan dan memiliki kekuatan positif, melainkan sebagai hal yang mutlak perlu dalam setiap kelompok/organisasi agar dapat berkinerja efektif. Menurut pandangan ini, konflik justru diperlukan agar gagasan atau ide-ide segar dan baru selalu dimunculkan. Organisasi tidak mandek sebab selalu terbuka untuk menerima gagasan-gagasan segar dari banyak pihak. Sifat demokrasi dalam organisasi menjadi nampak dan “yes man” tidak akan dipakai lagi dalam organisasi.
Menurut kamus Umum Bahasa Indonesia, konflik diartikan sebagai percekcokan; perselisihan; pertentangan; atau ketegangan . Contoh sederhana adalah konflik batin, artinya bahwa dalam diri seseorang terdapat dua atau lebih gagasan atau keinginan yang saling bertentangan; hal ini biasanya akan sangat mempengaruhi tingkah lakunya. Contoh lain adalah konflik sosial, artinya ada pertentangan/persaingan antaranggota masyarakat yang bersifat menyeluruh.
Konflik dalam organisasi, menurut Minnery (1985) merupakan interaksi antara dua atau lebih pihak yang satu sama lain berhubungan dan saling tergantung, namun terpisahkan oleh perbedaan tujuan. Konflik dalam organisasi, sering terjadi tidak simetris, terjadi hanya satu pihak yang sadar dan memberikan respon terhadap konflik tersebut. Atau, satu pihak mempersepsikan adanya pihak lain yang telah atau akan menyerang secara negatif (Robbins, 1993)
Konflik baru terjadi ketika atau setelah perbedaan tersebut dikomunikasikan. Konflik mungkin dinyatakan dengan cara-cara yang berbeda, dari gerakan nonverbal yang halus hingga pertengkaran habis-habisan dari sarkasme yang halus hingga kecaman verbal yang terbuka.
Faktor penyebab konflik
• Perbedaan individu, yang meliputi perbedaan pendirian dan perasaan.
Perbedaan pendirian dan perasaan akan sesuatu hal atau lingkungan yang nyata ini dapat menjadi faktor penyebab konflik sosial, sebab dalam menjalani hubungan sosial, seseorang tidak selalu sejalan dengan kelompoknya. Misalnya, ketika berlangsung pentas musik di lingkungan pemukiman, tentu perasaan setiap warganya akan berbeda-beda. Ada yang merasa terganggu karena berisik, tetapi ada pula yang merasa terhibur.
• Perbedaan latar belakang kebudayaan sehingga membentuk pribadi-pribadi yang berbeda.
Seseorang sedikit banyak akan terpengaruh dengan pola-pola pemikiran dan pendirian kelompoknya. Pemikiran dan pendirian yang berbeda itu pada akhirnya akan menghasilkan perbedaan individu yang dapat memicu konflik.
• Perbedaan kepentingan antara individu atau kelompok.
Manusia memiliki perasaan, pendirian maupun latar belakang kebudayaan yang berbeda. Oleh sebab itu, dalam waktu yang bersamaan, masing-masing orang atau kelompok memiliki kepentingan yang berbeda-beda. Kadang-kadang orang dapat melakukan hal yang sama, tetapi untuk tujuan yang berbeda-beda. Konflik akibat perbedaan kepentingan ini dapat pula menyangkut bidang politik, ekonomi, sosial, dan budaya. Begitu pula dapat terjadi antar kelompok atau antara kelompok dengan individu, misalnya konflik antara kelompok buruh dengan pengusaha yang terjadi karena perbedaan kepentingan di antara keduanya. Para buruh menginginkan upah yang memadai, sedangkan pengusaha menginginkan pendapatan yang besar untuk dinikmati sendiri dan memperbesar bidang serta volume usaha mereka.
• Perubahan-perubahan nilai yang cepat dan mendadak dalam masyarakat.
Perubahan adalah sesuatu yang lazim dan wajar terjadi, tetapi jika perubahan itu berlangsung cepat atau bahkan mendadak, perubahan tersebut dapat memicu terjadinya konflik sosial. Misalnya, pada masyarakat pedesaan yang mengalami proses industrialisasi yang mendadak akan memunculkan konflik sosial sebab nilai-nilai lama pada masyarakat tradisional yang biasanya bercorak pertanian secara cepat berubah menjadi nilai-nilai masyarakat industri.

Reference:
Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta, Balai Pustaka 1989
R. Wayne & Don F. Faules (ED. Deddy Mulyana, MA., PH.D.), Komunikasi Organisasi strtegi meningkatkan kinerja perusahaan, PT. Remaja Rosda Karya, Bandung, 2006
www.wikipedia.com (manajemen konflik)